Sosok Abdul Rauf ibn Ali al-Fansuri, yang lebih dikenal dengan sebutan Tok Sheikh di Kuala, adalah permata intelektual yang bersinar terang di langit Aceh pada abad ke-17. Lahir di Singkil, sebuah wilayah di barat daya Aceh, pada tahun 1024 Hijriah (bertepatan dengan 1615 Masehi), Abdul Rauf Singkel menjelma menjadi seorang ulama dan penulis yang karyanya melintasi batas geografis dan zaman. Kiprahnya sebagai seorang guru di Aceh sekitar tahun 1661 meninggalkan jejak yang mendalam dalam perkembangan keilmuan Islam di Nusantara.
Perjalanan intelektual Abdul Rauf Singkel dimulai dengan pendidikan awal yang ditempuhnya di India. Namun, dahaga ilmunya membawanya melanjutkan pengembaraan intelektualnya ke pusat-pusat keilmuan Islam terkemuka di dunia. Makkah menjadi salah satu destinasi penting dalam pencariannya, di mana ia berguru kepada Sheikh Abu Hafas Umar bin Abdullah Ba Shaiban. Tak hanya itu, Abdul Rauf Singkel juga memperdalam pengetahuannya di Madinah, Jeddah, Mokha, Zavid, dan Betalfakih, menghabiskan lebih dari 19 tahun dalam lautan ilmu di berbagai penjuru dunia Islam.
Semangat menuntut ilmu Abdul Rauf Singkel tak lekang dimakan waktu. Sekembalinya ke Nusantara, ia terus memperkaya pengetahuannya di Aceh dan Palembang, berinteraksi dengan para ulama lokal dan memperluas cakrawala pemikirannya. Tercatat tidak kurang dari 15 guru yang membimbingnya dalam perjalanan intelektualnya, termasuk tokoh-tokoh terkemuka seperti Abdul Kadir Maurir di Mokha, Ahmad al-Qushashi di Madinah, dan Burhan al-Din Maula Ibrahim ibn Hassan al-Kurani.
Buah dari pengembaraan intelektual dan ketekunan Abdul Rauf Singkel adalah sejumlah karya tulis yang monumental. Sebagian besar karyanya ditulis dalam bahasa Melayu, bahasa lingua franca di kawasan Nusantara pada masa itu, dan digarap selama masa tinggalnya di India, Pahang, dan Aceh. Sayangnya, banyak dari karya-karya berharganya kini sulit dilacak, namun beberapa di antaranya berhasil diidentifikasi dan terus memberikan sumbangsih bagi khazanah keilmuan Islam.
Salah satu karya Abdul Rauf Singkel yang paling terkenal adalah manuskrip "Mir'at at-tullab fi tashil ma'rifat al-ahkam a'sh shar'iyyah li malik a'l-wahhab". Karya ini disusun atas permintaan Taj u'l-'alam Safiat-u'd-din, seorang permaisuri Aceh yang berkuasa pada periode 1641-1675. Sebuah salinan berharga dari manuskrip ini tersimpan rapi di Universitas Leiden dan Batavia (Jakarta).
Selain itu, Abdul Rauf Singkel juga menghasilkan komentar terhadap kitab tafsir Al-Quran karya Baidawi. Komentar ini kemudian diterbitkan pada tahun 1884, menunjukkan relevansi pemikiran Abdul Rauf Singkel lintas zaman.
Dalam bidang tasawuf, Abdul Rauf Singkel mewariskan karya-karya mendalam seperti "Umdat al-muhtajin", sebuah kitab zikir yang membimbing para pencari spiritual menuju kesucian. Kitab ini juga memuat gambaran dan metode para penulis terkemuka dalam meraih pengetahuan spiritual. Karya lain dalam bidang tasawuf adalah "Kifayat al-muhtajin", yang membahas secara komprehensif ilmu tasawuf, termasuk ulasan terhadap kitab-kitab penting seperti A'yan thabitah, Kitab mau'izat al-badi, Iidhahul bayaani fi tahqiqi masaail a'yaani, dan Ta'biirul bayaani.
Kontribusi Abdul Rauf Singkel dalam bidang fikih juga sangat signifikan. Kitab "Sirat al-mustaqim" diyakini sebagai kitab fikih pertama yang ditulis dalam bahasa Melayu. Cetakan pertamanya diteliti (tasyhih) oleh Sheikh Ahmad bin Muhammad Zain al-Fatani dan dicetak di Turki. Kemudian, kitab ini dicetak sebagai bab dalam kitab "Sabil al-muhtadin" dan terus digunakan sebagai rujukan hingga kini.
Karya-karya Abdul Rauf Singkel lainnya yang tercatat antara lain "Bas-u samawati wal ardi" yang dicetak sebagai bab dalam kitab "Taj al-mulk", "al-Fawaid bahiyah" yang dicetak sebagai bab dalam kitab "Jam'u al-fawaid", "Asrar al-insani fi ma'rifat al-ruh al-rahman", "Hujjah al-siddiq li daf'i al-zindiq", "Tibyan fi mi'rifah al adyan", "Bustan al-salatin" dalam tujuh jilid, "Hill al-Zill", "Ma'al-hayatiyi li ahli al-mamat", "Tarjuman al-Mustafid" yang merupakan terjemahan ayat Al-Quran beserta tafsirnya (bersumber dari Tafsir al-Jalalayn dan kitab tafsir lainnya), dan "Syarah Hadith 40", sebuah kitab syarah hadis dari kumpulan hadis 40 karya Imam an-Nawawi.
Karya-karya Abdul Rauf Singkel yang beragam mencerminkan keluasan ilmunya yang meliputi berbagai disiplin ilmu keislaman, mulai dari fikih, tasawuf, tafsir, hingga hadis. Penggunaan bahasa Melayu dalam sebagian besar karyanya menunjukkan upayanya untuk mendekatkan ajaran Islam kepada masyarakat luas di Nusantara.
Abdul Rauf Singkel wafat pada tahun 1105 Hijriah (bertepatan dengan 1693 Masehi). Namun, warisan intelektualnya terus hidup dan memberikan inspirasi bagi generasi-generasi berikutnya. Karyanya menjadi bukti kontribusi besar ulama Aceh dalam mengembangkan khazanah keilmuan Islam di Asia Tenggara, dan namanya tetap harum sebagai salah satu tokoh ulama paling berpengaruh di zamannya. Jejak pemikirannya terus mengalir dalam tradisi keilmuan Islam di Nusantara, menjadikannya sebagai salah satu bintang paling terang dalam sejarah intelektual Aceh dan Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar